Definisi


Bab i
pendahuluan


disalin dari : Buku Mengenal Wayang Kulit Purwa


Wayang kulit purwa
 Wayang adalah istilah bahasa jawa yang bisa dimaknai ‘bayangan’, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Dalang memainkan wayang kulit di depan kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga penonton yang berada di belakang layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Sedang penonton yang ada di depan kelir dapat melihat pertunjukan wayang secara nyata bentuk maupun warnanya, bukan bayangannya.
Wayang merupakan seni tradisi dan warisan  adiluhung dari nenek moyang yang merupakan dasar budaya ketimuran. Cerita wayang mengandung kearifan lokal, nilai nilai dan ajaran kebijaksanaan serta keluhuran budi pekerti yang relevan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam cerita wayang selain sebagai tontonan juga merupakan tuntunan, karena di dalamnya banyak terdapat pesan moral dan filosofi yang memiliki korelasi dalam kehidupan nyata.
Wayang dapat dipakai sebagai media informasi, karena penampilannya yang komunikatif, sebagai alat untuk melakukan pendekatan pada masyarakat dalam menyampaikan informasi untuk dapat memahami suatu tradisi, masalah kehidupan dan segala aspeknya.
Wayang juga merupakan media hiburan yang dipakai dalam berbagai keperluan. Dalam perkembangannya pertunjukan wayang sering diisi dengan campursari, lawak dan sebagainya. Namun tetap berpegang pada tujuan pertunjukanpagelaran wayang yaitu sebagai tontonan dan tuntunan.
Wayang dapat juga dipakai sarana pendidikan terutama pendidikan watak dan mental. Hal tersebut sangat penting untuk membangun karakter bangsa dalam membangun manusia seutuhnya.
Unsure unsur pendidikan dalam cerita pewayangan di antaranya, masalah kebenaran keadilan, kejujuran, ketaatan, kesetiaan, kepahlawanan, spiritual, psikologi filsafat segala aspek perwatakan manusia dan problematiknya.
Unsure pendidikann dalam pagelaran wayang bukan sekedar dalam ceritanya saja namun juga terdapat pada perwujudan gambar masing masing wayang yang merupakan gambaran watak, sifat manusia.
Sebagian besar sifat dasar, watak manusia digambarkan dalam bentuk raut muka wayang, yaitu wujud,  posisi dan warnanya. Perwujudan raut muka pada bentuk mata, hidung, mulut dan warna wayang dapat mengekspresikan perwatakan, sifat wayang. Demikian juga pada posisi raut wajah, yang luruh, lonok, dan langak melukiskan perwatakan yang berbeda.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), kita harus memiliki pengetahuan tentang karakter, sifat dasar dari tokoh – tokoh wayang yang tampil di layar.
Cerita wayang kebanyakan mengambil dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak terbatas hanya dengan pakem (standard cerita) tersebut, dalang dapat juga memainkan wayang dengan lakon carangan (gubahan), yang dapat disesuaikan dengan pesan yang akan disampaikan, atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.



Lambang dan nilai dalam pagelaran wayang
Dalam pertunjukan pagelaran wayang jika kita renungkan di dalamnya terkandung banyak nilai serta ajaran ajaran hidup yang berguna. Semua yang ditampilkan baik berupa tokoh dan yang berupa medium yang lain banyak mengandung nilai filosofi. Seperti yang kita lihat simpingan wayang, orang telah mempunyai penilaian. Bahwa simpingan kanan melambangkan tokoh yang baik, simpingan yang kiri melambangkan tokoh yang jahat atau buruk. Pesan yang disampaikan terutama bahwa kejahatan, keburukan akan dikalahkan oleh kebenaran dan keadilan.
Di dalam pagelaran wayang sangat kaya akan nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Contohnya :
- nilai keadilan : terdapat tokoh wayang Kresna, dll.
- nilai ketaatan : terdapat tokoh wayang werkudara, dll.
- nilai kesetiaan : terdapat tokoh wayang Dewi Shinta, Dewi Madrim, dll.
- nilai kepahlawanan :terdapat pada tokoh wayang kumbakarna, abimanyu, Adipati Karna, dll
- nilai kejujuran : terdapat pada tokoh wayang puntadewa, dll.
- nilai keangkara murkaan : terdapat tokoh wayang  dasamuka, duryudana, dll.
- nilai kelicikan : terdapat pada tokoh wayang sangkuni, durna, dll.
Dan masih banyak lagi nilai nilai yang lain, yang patut diambil manfaatnya bagi kita semua, arti lambang juga terdapat di dalam pakeliran lewat lakon- lakon wayang.


Pengaturan wayang 
Banyaknya jumlah wayang dalam satu kotak tidak sama tergantung pada pemiliknya. Ada wayang jumlahnya sampai  400 wayang, 350 wayang ada yang jumlahnya hanya 180 wayang dan ada yang kurang dari 180 wayang. Biasanya jumlah wayang yang banyak, karena terdapat wayang yang rangkap serta wanda yang banyak, disesuaikan dengan cerita atau lakon yang akan dipagelarkan.
Pengaturan penempatan wayang pada layar atau kelir disebut simpingan, dalam simpingan wayang terdapat simpingan kanan dan simpingan kiri.


Yang disamping kiri biasanya adalah:
1. buta raton misal kumbakarna
2. raksasa muda (prahasta, suratimantra)
3. rahwana dengan beberapa wanda
4. wayang bapang (ratu sabrang)
5. wayang boma (bomantara, supala, dll)
6. indrajit
7. trisirah
8. trinetra dan sejenisnya
9. Prabu baladewa dengan beberapa wanda
10. raden kakarsana
11. Prabu salya
12. prabu matswapati
13. prabu duryudana
14. raden kurupati
15. adipati karna
16. raden ugrasena
17. raden setyaki
18. raden samba
19. raden narayana dan sebagainya


Yang ada di simpingan kanan biasanya adalah:
1. Prabu tuguwasesa
2. werkudara dari beberapa macam wanda
3. bratasena dari beberapa wanda
4. rama parasu
5. gatutkaca dari beberapa wanda
6. ontareja
7. anoman dari beberapa macam wanda
8. kresna dari beberapa macam wanda
9. Prabu ramawijaya
10. Prabu harjuna sasrabahu
11. pandhu
12. arjuna
13. abimanyu
14. palasara
15. sekutrem
16. wayang putran
17. bayi / bayen



·      Keterangan :
Wayang tersebut disimping pada debog atau batang pisang bagian atas. Untuk batang pisang bawah hanya terdiri dari simpingan wayang putren. Pada contoh di atas hanya secara garis besar saja. Jadi masih banyak nama tokoh yang tidak saya cantumkan.

Wayang eblekan
Yaitu wayang yang masih diatur rapi di dalam kotak, tidak ikut disimping. Contohnya Buta babrah, wayang wanara, wayang kewanan (hewan), wayang tatagan yang lain, missal : wadya sabrang, buta cakil.

Wayang dudahan
Yaitu wayang yang diletakan disisi kanan dalanng. Contohnya punakawan, pandita, rampogan, dewa, dan beberapa tokoh wayang yang akan digunakan di dalam pakeliran.



Berikut adalah cuplikan Pagelaran Wayang :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar