Bab v
Golongan Raja / Golongan Prabu
1. Prabu Sentanu
Ayah :
Prabu Praptipa
Ibu : Dewi
Sumanda
Istri :
Dewi Gangga berputra Bisma, Dewi Durgandini berputra Citragada dan Citrawirya
Bertempat
di negara : Astina
Prabu
Sentanu adalah raja di Astina sebelum jaman Pandawa. Ia semula pendeta bergelar
Resi dari Talkanda. Prabu Sentanu ditinggal mati istrinya, yang saat itu
memiliki seorang bayi laki laki bernama Dewabrata.
Kemalangan
itu memaksa Prabu Sentanu untuk meninggalkan negaranya guna mencari seorang
permepuan yang mau menyusui anaknya, sebab di tempat tinggalnya sendiri tak ada
permepuan yang kuat menyusui anaknya itu. Tetapi kepergian Prabu Sentanu yang
sebenarnya ialah untuk mencari lawan perang.
Setibanya
di Astina, anak Prabu Sentanu disusui oleh permaisuri Prabu Palasara yang seang
menyusui anaknya sendiri, Raden Abyasa. Kemudian dengan cara kekerasan, Prabu
Sentanu minta supaya permaisuri Astina, Dewi Durgandini, menjadi istrinya.
Dengan seizin Dewa, terkabullah permintaannya itu. Maka Sentanu pun
bertakhtalah menjadi raja di Astina. Ditilik secara lahir, titah Dewa itu tidak
adil, tetapi oleh Prabu Palasara titah itu diterima dengan tenang.
2. Prabu Citragada
Ayah :
Prabu Sentanu
Ibu : Dewi
Durgandini
Bertempat
di negara : Astina
Prabu Citragada mempunyai seorag patih yang
bernama Patih Wreksanata. Waktu Citragada dewasa , ayahnya meninggal sehingga
ia terpaksa naik takhta menggantikan ayahnya. Dengan bertambah usia mulai
terlihat Citragada bukanlah seorang raja yang tidak adil. Dia cenderung angkuh
dan rakus kekuasaan. Tak puas dengan kekuasaannya sebagai Raja Astina.
Prabu
Citragada mulai berusaha melebarkan kekuasaannya ke negara negara sekitar
dengan mengobarkan peperangan. Astina pun yang awalnya merupakn negara pengayom
dan penjaga kedamaian berubah menjadi negara penjajah. Banyak korban rakyat tak
berdosa dari Astina maupun negara sekitarnya akibat perbuatan Citragada.
Kekacauan
yang ditimbulkan Prabu Citragada mulai meluas dan menimbulkan egoncangan di
kahyangan. Para dewata pun cemas, dan kemudian setelah berunding
merekamemutuskan untuk mengahiri kekacauan ini dengan menghabisi sang Prabu
yang lalim.
Maka
kemudian diutuslah seorang genderewo sakti. Ia dapat berganti rupa menyerupai
Citragada. Sekonyong konyong ia hadir di istana dan menantang Citragada untuk
bertanding. Tentu saja para punggawa kebingungan dengan dua sosok Prabu
Citragada, mereka tidak dapat membedakan mana Prabu Citragada yang asli dan
yang palsu.
Prabu
Citragada pun kebingungan berhadapan dengan sosok “kembarannya”, menjawab
tantangan itu. Perkelahian hebat berlangsung lama, namun pada akhirnya salah
satu Prabu Citragada kalah dan mati. Rakyat yakin bahwa yang menang adalah
rajanya dan merekapun bersorak sorai kegirangan. Betapa terkejutnya mereka
ketika Prabu Citragada yang menang berubah menjadi seorang genderewo. Sang
genderewo pun berkata pada rakyat Astina bahwa ia diutus untuk mengakhiri hidup
sang raja yang lalim. Ia pun melesat terbang kembali ke asalnya.
3. Prabu Citrawirya
Nama lain :
Wicitra, Citrasena
Ayah :
Prabu Sentanu
Ibu : Dewi
Durgandini
Istri :
Dewi Ambiki
Citrawirya
mempunyai kakak kandung bernama Citragada. Ia juga mempunyai saudara tua satu
ayah bernama Resi Bisma atau Dewabrata yang dilahirkan dari Prabu Sentanu dan
Dewi Gangga, dan saudara tua satu ibu yaitu begawan Abiyasa putra dari Dewi
Durgandini dengan Resi Palasara.
Dibawah
bimbingan Resi Bisma, keduanya dididik dalam segi budi pekerti, berbagi ilmu
dan kesaktian serta ketatanegaraan. Citragada si sulung ternyata dapat mewarisi
berbagai kecakapan dan kesaktian Bisma dengan cepat, sedang Citrawirya si adik rupanya kurang tertarik dan kurang
suka dengan ilmu ilmu peperangan, namun ia lebih suka dengan ilmu ilmu budi
ekerti dan ketatanegaraan. Sesuai dengan hukum kenegaraan, Citragada sebagai
anak pertama berhak menduduki tahta kerajaan Astina.
Prabu
Citrawirya kawin dengan Dewi Ambiki, putri bungsu dari tiga bersaudara putri
Prabu Darmahumbara dengan Dewi Swargandini dari negara Kasi, yang berhasil
diboyong ke Astina oleh Resi Bisma stelah memenangkan sayembara tanding di
negara Kasi.
Citrawirya
naik takhta kerajaan Astina menggantikan kakaknya. Prabu Citrawirya tidak lama
memerintah negara Astina. Ia meninggal karena peyakit, tanpa meninggalkan
keturunan. Atas persetujuan Resi Bisma, Dewi Durgandini mengangkat Begawan
Abiyasa menjadi raja negara Astina dengan gelar Prabu Kresnadwipayana.
4. Prabu Destarastra
Ayah :
Prabu Abiyasa
Ibu : Dewi
Ambika
Istri :
Dewi Gendari yang beputra Kurawa
Bertempat
di negara : Astina
Sifat :
tidak teguh pendirian
Aji aji :
Aji aji grayang (Aji lebur sakethi), barang siapa yang terkena grayang telapak
tangannya akan hancur jadi debu.
Prabu
Destarastra adalah anak Begawan Abiyasa yang tertua. Prabu Destarastra matanya
buta.
Prabu
Destarastra adalah bapak Kurawa, mempunyai 100 orang anak, 99 putra dan seorang
putri. Keadaan yang demikian itu dalam bahasa Jawa disebut beranak satus
selapan siji. Artinya di antara seratus anak hanya terdapat seorang putri atau
bisa diartikan juga, karena banyaknya jumlah gundik, seorang anak dilahirkan
setiap selapan, 36 hari. Dalam bahasa Jawa setiap satuan yang terdiri dan 36
hari itu disebut selapan.
Destarastra
mengangkat dirinya sebagai raja di negara Astina dengan nama Prabu Destarastra
, tetapi oleh karena buta, sebenarnya ia tak berhak menjadi raja. Adapun yang
berhak adalah Pandhu, tetapi oleh karena pihak Kurawa merasa kuat, mereka pun
tak hendak melepaskan Astina. Inilah yang menyebabkan Kurawa senantiasa
bermusuhan dengan Pandawa, yang adalah anak anak Pandhu. Permintaan Pandhawa,
supaya diberi separuh dari negara Astina saja, juga tidak dikabulkan oleh
Kurawa.
Sesudah
menyerahkan takhta kerajaan Astina kepada putranya, Duryudana ( Suyudana),
Destarastra menjadi pendeta dan penasehat kerajaan Astina. Usianya lanjut,
hingga mengalami perang Baratayuda.
Destarastra
bermata buta, hal mana dapat dilihat dari biji matanya yang putih, tanpa tanda
hitam di tengahnya. Berhidung mancung, bermulut rapat, bersanggul keling.
Berjamang dengan sunting kembang kluwih, berkalung ulur ulur, bergelang,
berpontoh dan berkeroncong. Berkain bokongan raton.
5. Prabu Pandhu Dewanata
Nama lain : Pandhu Dewayana, Raden
Gandawastra
Ayah : Prabu Abiyasa
Istri : Dewi Kunthi berputra
Yudhistira, Werkudara, Janaka
Dewi Madrim berputra Nakula dan
Sadewa
Senjata : panah Ardadedali
Prabu Pandhu Dewanata putra Prabu
Abiyasa, raja negara Astina. Prabu Pandhu Dewanata adalah bapak kelima Pandawa.
Prabu Pandhu Dewanata beristri dua orang putri. Pertama, Dewi Kunthi
Nalibrangta, putri Prabu Kuntiboja, raja negara Mandura, yang berputra
Yudisthira, Werkudara, dan Janaka. Kedua, Dewi Madrim, putri raja Mandraka,
saudara Prabu Salya, yang berputra Nakula dan Sadewa yang keduanya adalah
kembar. Kelima anak Pandhu Dewanata inilah yang disebut Pandawa
Prabu Pandhu Dewanata tak lama
bertakhta di kerajaan Astina, karena oleh para Dewa dianggap melakukan
kesalahan besar. Kesukaan Prabu Pandhu Dewanata ialah berburu di hutan. Suatu
waktu ia keliru membunuh dengan panahnya dua ekor kijang yang sedang berkasih
mesra yang tak lain adalah jelmaan seorang pendeta dan istrinya. Kekeliruan ini
menimbulkan murka para Dewa. Maka Prabu Pandhu Dewanata diambil oleh para Dewa
dan dengan badan kasarnya dilemparkan ke dalam kawah Candradimuka (neraka).
Tetapi dengan menggunakan Begawan Abiyasa menyusul dan meminta Pandhu Dewanata
dengan maksud untuk membawanya kembali ke dunia. Permintaan Begawan Abiyasa
tidak dikabulkan, tetapi Prabu Pandhu Dewanata dibawa ke surga dan dijadikan
Dewa.
Prabu Pandhu Dewanata bermata jaitan,
berhidung mancung, bermulut rapat, bersanggul kadal menek, bersunting waderan.
Tersebut di dalam cerita, Prabu Pandhu Dewanata bercacat tengeng di leher.
Berkalung ulur ulur, bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain bokongan
putran.
6. Prabu Duryudana
Nama lain : Jakapitana, Gendarisiwi,
Suyudana, Gandarisuta, Dretaputra, Kurawaindra, Kurupati, Destratmaja, Tri
Panangsah
Ayah : Prabu Destarastra
Ibu : Dewi Gandari
Istri : Dewi Banowati yang mempunyai
2 anak yaitu Lesmana Mandrakumara dan
Lesmanawati
Bertempat di negara : Astina
Senjata : Gada Kyai Pamecat Nyawa
Duryudana adalah putra Prabu
Destrarasta di Astina yang tertua. Setelah dewasa Duryudana bertakhta di Astina
bergelar Prabu Duryudana. Kurawa meskipun bersaudara misan dengan Pandhawa
namun senantiasa bermusuhan, hingga terjadi perang saudara yang disebut
Bharatayuda yang intinya memperebutkan negara Astina.
Sesungguhnya yang berhak menduduki
takhta kerajaan Astina adalah Pandhawa, putra Pandhu Dewanata. Tetapi karena
kelicikan dan keserakahan Duryudana yang dibantu oleh Patih Sengkuni (paman
Duryudana) dan pendeta Durna, negara Astina dikuasai oleh para Kurawa.
Dalam perang Baratayuda ia bertanding
dengan Raden Werkudara. Prabu Duryudana tak dapat dikalahkan karena Prabu
Duryudana seorang yang sakti, tetapi tak pernah kelihatan kesaktiannya. Tetapi
kelemahan Duryudana akhirnya diketahui oleh Werkudara berkat isyarat yang
diberikan oleh Prabu Kresna dengan menepuk nepuk paha kiri yang merupakan
kelemahannya Duryudana.
Setelah paha kiri Duryudana dipukul
dengan Gada Rujakpolo oleh Werkudara, maka tewaslah Duryudana. Kelemahan paha
ini karena waktu muda Duryudana dimandikan dengan air sakti ( Banyu Tala), ada bagian paha yang
tertutup oleh daun beringin, maka tertinggalah bagian badan itu yang tidak
terkena oleh air sakti yang membasahi seluruh badannya.
7. Prabu Kuntiboja
Nama lain : Basukunthi
Ayah : Prabu Waskuntheya
Istri : Dewi Endarsmi ( Dewi Dayita)
Bertempat di negara : Mandura
Patih : Pahastaka
Kuntiboja adalah ayah angkat Kunthi,
ibu para Pandhawa. Dia adalah penguasa kerajaan Kunthi. Dia adalah saudara
sepupu Surasena, seorang bangsawan Yadawa, yang juga adalah kakek Kresna.
Hubungan antara Kuntiboja dan Surasena sangat dekat, layaknya saudara.
Menurut Adiparawa, pada mulanya
Kuntiboja tidak memiliki anak. Kuntiboja bingung memikirkan masalah ini. Karena
rasa sayangnya terhadap Kuntiboja, akhirnya Surasena memberikan putri sulungnya
yang bernama Perta untuk diangkat sebagai anak. Kuntiboja mengangkat Perta
seperti putrinya sendiri. Kemudian Perta menikah dengan Pandhu, raja kerajaan
Kuru, di mana ia dipanggil Kunthi oleh para anggota kerajaan Astina. Kuntiboja
ambil bagian dalam perang Baratayuda yang kemudian memihak Pandhawa.
Prabu Kuntiboja adalah raja negara
Mandura dan kakek keluarga Pandhawa yaitu Yudhistira, Werkudara dan Arjuna dan
keturunan ibunya, Dewi Kunthi. Kuntiboja asal keturunan raja dari India.
Setelah datang di Astina, oleh raja Astina ia dititahkan untuk memerintah
negara Boja, yang kemudian bernama Mandura. Jadi Mandura berada di bawah
perintah Astina
Nama lain : Raden Sucitra ( nama pada waktu kecil )
Ayah : Prabu Suganda
Istri : Dewi Gandawati yang mempunyai
anak Drupadi, Wara Srikandhi, Dresthajumena
Bertempat di negara : Pancala
Patih : Destakestu
Prabu Drupada yang waktu mudanya
bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara dari Hargajambangan dan
merupakan keturunan ke tujuh dari Bathara Brama. Arya Sucitra bersaudara sepupu
dengan Kumbayana / Resi Durna dan menjadi saudara seperguruan sama sama berguru
pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup, Arya Sucitra pergi
meniggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina kehadapan Prabu
Pandhudewanata.
Arya Sucitra menekuni seluk beluk
tata kenegaraan dan tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada
negara, oleh Prabu Pandhu ia dijodohkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung
Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan
tersebut ia memperoleh tiga orang anak yang bernama Dewi Drupadi, Dewi Wara
Srikandhi, Arya Dresthajumena.
Ketika Prabu Gandabayu mangkat dan
berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi raja, Arya Sucitra dinobatkan
menjadi Raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada.
Dalam masa kekuasaannya, Prabu
Drupada berselisih dengan Resi Durna dan separuh dari wilayah negara Pancala
direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak
anak Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Barathayuda, Prabu Drupada
tampil sebagai senapati perang Pandhawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena
panah Cundamanik.
Nama lain :
Durgandana ( nama pada waktu kecil )
Ayah :
Prabu Basukethi
Ibu : Dewi
Yukti / Andrika
Istri :
Dewi Rekathawati
Bertempat
di negara : Wiratha
Prabu Matswapati
memiliki tiga orang putra yaitu Raden Seta, Raden Utara, Raden Wratsangka dan
satu orang putri yaitu Dewi Utari. Ketiga putra tersebut adalah pahlawan negara
Wiratha. Di dalam perang Barathayuda mereka berganti ganti memimpinperang dan ketiga tiganya tewas. Dewi
Utari diperistri Raden Angkawijaya. Di dalam perang Barathayuda ia memihak
Pandhawa dan menjadi pemimpin serta penasehat mereka.
Kedua tanan
yang diatur seperti tampak di dalam gambar menandakan, bahwa ia menyilakan tamu
dengan hormat, misalnya ada waktu ia menyilakan seorang tamu raja. Kalau
menyiakan hanya dengan satu tangan yaitu tangan depan, itu berarti bahwa ia
menyilakan seorang tamu bukan raja. Menggerakan satu tangan dilakukan pada
waktu sedang berbicara dan mendiamkan saja tangan itu berarti bahwa percakapan
sudah selesai.
Nama lain : Halayuda, Wasi Jaladara,
Bandhol, Kusuma Walikita,
Ayah : Prabu Basudewa
Ibu : Dewi Mahendra
Istri : Dewi Erawati yang memiliki
anak Wisata dan Wimuka
Bertempat di negara : Mandura
Aji aji : Kumbala Geni
Senjata : Alugara, Trigora, Nanggala,
Gajah Kyai Puspadhenta
Prabu Baladewa waktu mudanya bernama
Kakrasana, putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi
Mahendra / Maerah (Jawa). Baladewa lahir kembar bersama adiknya, Narayana dan
mempunyai adik lain ibu bernama Dewi Sumbadra / Lara Ireng, putri Prabu
Basudewa dengan Dewi Badrahini.
Aladewa berwatak keras hati, mudah
naik darah tapi pemaaf dan bijaksana. Baladewa sangat mahir menggunakan gada,
hingga Bima dan Duryudana berguru padanya. Prabu Baladewa yang mudanya pernah
menjadi endeta di pertapaan Argasonya bergelar Wasi Jaladra, menikah dengan
Dewi Erawati, putri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati dari negara Mandraka.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Wisata dan
Wimuka.
Menjelang perang Barathayuda, Prabu
Baladewa dibujuk Kresna agar bertapa di Grojogan Sewu, karena kalau ikut perang
tentulah ia membantu Kurawa. Padahal Prabu Baladewa sangat sakti dan memiliki
senjata ampuh, dikhawatirkan akan banyak
korban jatuh di pihak Pandhawa karena kesaktian Prabu Baladewa.
Prabu Baladewa diyakini sebagai
titisan Sanghyang Basuki yaitu Dewa Keselamatan. Prabu Baladewa berumur sangat
panjang. Setelah selesai perang Barathayuda, Prabu Baladewa menjadi pamong dan
penasehat Prabu Parikesit, raja negara Astina setelah Prabu Puntadewa, dengan
gelar resi Balarama. Prabu Baladewa mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa
Yadawa.
Nama lain : Padmanaba, Kesawa,
Arimurti, Wasudewa, Sang Wisnuruti, Sri Bathara Kresna, Narayana
Istri : Dewi Jembawati melahirkan
putra yang bernama Samba dan Gunadewa
Dewi Rukmini melahirkan putra yag
bernama Saranadewa dan Partadewa
Dewi Setyaboma melahirkan putra yag
bernama Setyaka
Dewi Pertiwi melahirkan anak yang
bernama Sitija / Suteja dan Dewi Siti Sundari
Bertempat di negara : Dwarawati
Senjata : Cakra Baskara, Sekar
Wijayakusuma, Gong Kyai Dewandenta, Kreta Kyai Jaladara
Aji aji : Kyai Kesawa, Tiwikrama (
bisa menjadi raksasa )
Prabu Dwarawati mendapatkan negara
Dwarawati setelah mengalahkan Prabu Narasingha dengan bantuan Pandaa dan
kemudian naik Takhta kerajaan tersebut dengan gelar Sri Bathara Kresna.
Kresna dalam cerita Mahabarata dijawa
termashyur dengan nama mudanya sebagai Narayana. Ia adalah saudara kembar
Kakrasana / Karsana (Mahabarata) atau Prabu Baladewa raja Mandura. Kresna
adalah putra Prabu Basudewa raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi
Mahindra. Adik wanitanya yang terkenal, bernama Dewi Wara Sembadra, putri Prabu
Basudewa dengan permaisurinya Dewi Badrahini. Dari permaisuri Dewi Maerah,
Prabu Basudewa mempunyai putra laki laki sebagai akibat Cidraresmi Prabu
Gorowangsa yang beraih rupa menjadi Prabu Basudewa. Putra tersebut terkenal
dengan nama Kangsa/ Kangsadewa.
Didalam perang Baratayuda, Kresna lah
yang memegang tampuk kepemimpinanan, mengatur strategi dan siasat perjuangan
Pandawa melawan keangkara murkaan dan keserakahan Kurawa. Sri Kresna berdaya
upaya untuk memenangkan Pandhawa.
Ayah : Prabu Dasarata
Ibu : Dewi Sukasalya
Istri : Dewi Sinta
Bertempat di negara : Ayodya
Senjata : Panah Gunawijaya
Istri Rama Wijaya adalah Dewi Sinta
yang menjadi rebutan berbagai negara. Salah satunya Prabu Dasamuka yang
menginginkan Dewi Sinta. Suatu saat Dewi Sinta berhasil diculik oleh Prabu
Dasamuka. Rama pun berusaha mendapatkan Sinta kembali. Ia pun bertemu dengan
raja kera bernama Sugriwa yang mempunyai banyak prajurit kera. Dengan perintaan
Sugriwa yaitu memohon untuk membunuh Subali yang kakaknya Sugriwa dan musuhnya.
Rama pun berhasil. Sugriwa pun akhirnya
membantu Rama dengan mengerahkan pasukan keranya. Maka diseranglah Alengka oleh
Rama beserta pasukan kera Sugriwa. Perang tersebut dikenal dengan perang
Giriantara atau perang Kuduspari Palwaga. Sinta pun berhasil diselamatkan oleh
Rama dan seluruh rombongan psukan tersebut.
Nama lain : Yudhistira, Darmakusuma,
Darmawangsa, Dwijakangka, Gunatalikrama
Ayah : Prabu Pandhu Dewanata
Ibu : Dewi Kunthi
Istri : Dewi Drupadi
Bertempat di negara : Amarta
Senjata : Jamus Kalimasada yang
berupa kitab, Tunggulnaga yang berupa payung, Robyong Mustikawarih yang berupa
kalung dan Karawelang yang berupa tombak
Puntadewa adalah sulung dari
Pandhawa. Ia dilahirkan tanpa melalui persetubuhan, ia dilahirkan ketika Dewi
Kunthi mengucapkan mantra Adityahredaya yang kemudian memanggil Dewa Dharma.
Dewi Dharma pun memberikan sebuah anak kepada Kunthi dan kemudian anak itu
diberi nama Yudhistira. Yudhistira merupakan anak pemberian dari Dewi Dharma,
yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Maka sifat itupun juga diwarisi oleh
Yudhistira.
Nama lain : Rahwana,
Wisrawaputra, Sukesiputra, Dasawanda
Ayah : Begawan Wisrawa
Ibu : Dewi Sukesi
Patih : Prahasta
Bertempat di negara : Alengka
Aji aji : Aji Pancasona dan Aji Rawarontek
Prabu Dasamuka mempunyai tiga orang
saudara kandung yang masing masing bernama Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan
Wibisana. Dasamuka menjadi raja negara Alengka menggantikan kakeknya, Prabu
Sumali dengan menyingkirkan pamannya. Dasamuka membunuh Prabu Danaraja, kakak
tirinya dan merebut Lokapala. Karena ia menginginkan Dewi Sinta, maka ia
menculik Dewi Sinta dan menyekapnya selama 12 tahun di taman Argasoka di negara
Alengka. Karena itu Prabu Rama dan bala tentara keranya yang dipimpin Anoman
menyerbu Alengka. Akhirnya Alengka dapat dihancurkan dan Dasamuka dapat
dikalahkan. Selanjutnya Prabu Rama dapat merebut kembali Dewi Sinta, membawa
pulang ke negaranya.
Subhanal
BalasHapusIni malam tgl 20 Februari 2022 jam 00.10,, dalam meditasi ketemu Raden prabo sentano dalam wujud manusia,,
Saya heran kenapa saya bisa ketemu beliau, saya Islam masih keturunan raden berdarah biru