Bab ii
Gunungan / kayon
Dalam pagelaran
wayang kulit, kita pasti akan melihat gunungan sering juga disebut kayon.
Dinamakan gunungan karena bentuknya mirip gunung yang mngerucut tinggi mencuat
ke atas. Gunungan atau kayon dapat dilihat pada saat pakeliran belum dimulai,
jumlah gunungan relatif, gunungan ditancapkan tegak lurus di
tengah kelir pada batang pisang bagian atas. Tetapi jika pakeliran telah
dimulai maka gunungan ditancapkan pada simpingan kanan dan simpingan kiri.
Gunungan atau kayon terdapat pada setiap pagelaran
wayang misalnya : wayang purwa, wayang gedog, wayang krucil, wayang golek,
wayang suluh, dan sebagainya.
Gambar gunungan kalau kita perhatikan juga banyak
menggambarkan simbol atau lambang. Contohnya dalam lingkungan hidup sering
disebut Kalpataru digambarkan sebuah gunungan atau kayon.
Jenis kayon atau gunungan itu ada dua, pada masa
sekarang para seniman tatah sungging yang mempunyai pengetahuan pedalangan
telah membuat beberapa kreasi bentuk gunungan atau kayon namun yang baku ada
dua, yaitu:
1. Kayon Gapuran
2. Kayon Blumbangan
Ciri- ciri gunungan atau
kayon Gapuran sebagai berikut :
a. Bentuknya ramping
b. Lebih tinggi dari kayon Blumbangan
c. Bagian bawah berlukiskan gapura
d. Samping kanan dan kiri dijaga dua raksasa kembar
Cingkarabala dan Balaupata yang memegang tameng dan gada atau pedang
e. Bagian belakang berlukiskan api berkobar merah membara
Ciri- ciri gunungan atau
kayon Blumbangan sebagai berikut :
a. Bentuk gemuk
b. Lebih pendek dari kayon gapuran
c. Bagian bawah berlukiskan kolam dengan air yang
jernih
d. Di tengah kolam ada gambar ikan berhadap hadapan
e. Bagian belakang berlukiskan api berkobar merah
membara biasanya juga ada lukisan kepala makara.
Gambar gunungan atau kayon
bagian dalam berlukiskan :
1. Rumah atau balai yang indah dengan lantai
bertingkat tiga
2. Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga
pedang dan tameng
3. Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis
4. Gambar macan/ harimau berhadapan dengan banteng
5. Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan
kepala berpaling ke kanan
6. Dua kepala makara di tengah pohon
7. Dua ekor kera dan lutung sedang bermain di atas
pohon
8. Dua ekor ayam hutan bertengger di atas pohon.
Filosofi Gunungan Wayang
Ada penafsiran dan pemahaman Gunungan wayang sebagai
berikut :
1. Gunungan atau kayon
Gunungan atau kayon berbentuk kerucut (lancip) mencuat
ke atas, di sini melambangkan kehidupan manusia, semakin tinggi ilmu kita dan
bertambah usia, kita harus semakin mengerucut (golong gilig) manunggaling jiwa,
rasa, cipta, karsa dan karya dalam kehidupan kita. Singkatnya, hidup manusia
ini untuk menuju yang di atas atau menuju kepada Tuhan
2. Gapura dan dua penjaga
Gapura dan dua penjaga (Cingkara Bala dan Bala Upata),
lambang hati manusia da dua hal yaitu baik dan buruk. Tameng dan pedang / gada
yang mereka pegang dapat di intrepertasikan sebagai penjaga alam gelap dan
terang.
3. Hutan
Hutan yaitu pohon dan binatang, lambang kehidupan dari
berbagai sifat dan abiat manusia.
4. Pohon
Pohon yang tumbuh menjalar keseluruh badan dan ke
puncak Gunungan melambangkan segala budi daya dan perilaku manusia harus tumbuh
dan bergerak maju (dinamis) sehingga bisa bermanfaat serta mewarnai dunia dan
alam semesta (Urip iku obah, obaha sing ngarah arah). Pohon itu juga
melambangkan bahwa Tuhan telah memberi pengayoman dan perlindungan bagi manusia
yang hidup di dunia ini.
5. Burung
Burung melambangkan manusia harus membuat dunia dan
alam semesta menjadi indah dalam spiritual maupun material.
6. Banteng
Banteng melambangkan manusia harus kuat, lincah, ulet,
teguhh, tangguh, tatag, tanggap dan tanggon.
7. Harimau
Harimau melambangkan manusia harus menjadi pemimpin
bagi dirinya sendiri (punya jati diri) sehingga harus mampu bertindak bijaksana
dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menuju yang lebih baik
dan maju, sehingga bisa bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain dan alam
semesta. Harimau adalah binatang yang memiliki kehormatan. Karena bila manusia
tidak mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan tidak mampu mengendalikan
diri sendiri akan berakibat fatal dan semua akan hancur musnah seperti halnya
gunungan wayang bila dibalik akan menjadi berwarna merah menyala (terbakar).
8. Kera
Kera melambangkan manusia harus mampu memilih dan
memilah antara baik dan buruk, manis dan pahit seperti halnya kera pintar
memilih buah yang baik, matang dan manis, sehingga diharapkan kita bertindak
yang baik dan tepat.
9. Gambar Kepala Raksasa
Gambar Kepala Raksasa melambangkan manusia dalam
kehidupan sehari hari juga mempunyai sifat rakus, jahat seperti setan. Pemahaman
ini agar setiap manusia mawas diri dan memerangi diri sendiri untuk
mengendalikan hawa nafsunya.
10. Gambar ilu ilu Banaspati
Gambar ilu ilu Banaspati (jin atau setan) melambangkan
bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang
setiap saat dapat mengancam keselamatan manusia.
11. Gambar Samudra
Gambar Samudra melambangkan hati dan pikiran manusia.
Yang mana luas dan dalam tak dapat diduga. Salah satu ajaran Hastha Brata
hendaklah manusia bersifat seperti samudra yang luas pemahamannya, berhati
lapang tidak mudah marah, pemaaf, menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang
berlaku atas dirinya.
12. Gambar Rumah Joglo
Gambar Rumah Joglo melambangkan suatu rumah atau
negara yang didalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram, dan bahagia. Gemah
ripah, subur makmur, dan kerta raharja.
Jadi kesimpulan gambar kayon di dalamnya sudah melambangkan seluruh alam
raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan
perlengkapannya.
Kegunaan Gunungan atau Kayon :
Gunungan atau kayon di dalam pagelaran wayang kulit
mempunyai kegunaan yang penting sekali. Contohnya :
1. Tanda dimulainya
pagelaran wayang kulit purwa dengan ditandai dicabutnya kayon lalu dtancapkan
pada simpingan kanan dan
kiri.
2. Tanda pergantian adegan/tempat.
Contoh :
Setelah adegan
Astina akan diganti adegan Amarta biasanya diawali dengan memindahkan kayon
atau memutar kayon lalu ditancapkan pada posisi semula.
3. Untuk menggambarkan suasana.
Contoh :
Suasana sedih
dalam suatu adegan, kayon digerak gerakkan diikuti cerita dalang.
4. Untuk menggambarkan sesuatu yang tidak ada
wayangnya.
Contoh :
Suatu ajian yang
dikeluarkan dari badan tokoh wayang. Dewa tertinggi yang tidak ada wayangnya.
Misal Sang Hyang Wenang dan sebagainya.
5. Untuk pergantian waktu.
Contoh :
Dari patet nem ke
patet sanga ditandai dengan perubahan letak kayon. Misal dari kayon condong ke
kiri dirubah gerak tegak lurus.
6. Menggambarkan air, api, dan angin.
7. Tanda berakhirnya pentas pakeliran wayang
kulit purwa dengan menancapkan kayon di tengah tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar